Selasa, 27 Mei 2008

Ceramah Ilmiah Pada Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) Kabupaten Sleman


Ceramah ilmiah tentang global warming, penyebab dan pengaruhnya terhadap lingkungan permukiman. Ceramah ilmiah diberikan dalam kegiatan pertemuan rutin Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) Kabupaten Sleman pada bulan April di Kadisoka, Purwomartani, Sleman. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh Pusdi-PWKL, terkait dengan upaya sharing of knowledge dan penggalian informasi-informasi tentang kebutuhan serta apresiasi stakeholder institusi pendidikan terhadap peningkatan mutu output perguruan tinggi.
Ceramah yang disampaian oleh Solikhah Retno Hidayati, S.T., (Dosen Teknik Planologi) mendapat tanggapan yang sangat positif. Lebih jauh IMP sangat mengharapkan adanya peningkatan peran STTNAS khususnya dalam memberikan informasi dan penerapan keilmuan yang memberikan manfaat langsung bagi masyarakat, khususnya di kawasan perdesaan, melalui kerjasama kegiatan ceramah ataupun kegiatan lain yang sifatnya praktis dan aplikatif.

Read More..

Rabu, 06 Februari 2008

Pendekatan Tata Ruang dalam Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Perbatasan


Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau besar dan kecil, dengan beberapa pulau utama sebagai pusat-pusat aktivitas dan distribusi pergerakan baik sebagai tujuan utama maupun sebagai lokasi transit. Sejak beberapa tahun yang lalu, bahkan sejak zaman orde baru pembangunan diprioritaskan ke wilayah Indonesia bagian Timur, sebagai upaya pendekatan terhadap pemerataan pengembangan wilayah yang diharapkan berdampak pada pemerataan kesejahteraan. Pembentukan kawasan-kawasan pengembangan ekonomi terpadu, kawasan-kawasan andalan, kawasan-kawasan strategis menjadi fokus kegiatan utama strategi penataan ruang nasional. Setelah beberapa tahun berlalu, apakah pemerataan pembangunan wilayah telah menyentuh sampai ke ujung-ujung perbatasan yang tercatat sebagai pulau-pulau kecil, dengan akses terbatas, dan infrastruktur yang kurang memadai.

Meskipun kawasan perbatasan seringkali menjadi kawasan strategis dalam produk-produk penataan ruang, tetapi pengelolaan sumber daya di kawasan perbatasan masih menjadi kendala yang sampai saat ini belum sepenuhnya terpecahkan. Konsep pengelolaan kawasan perbatasan melalui pendekatan kesejahteraan masih perlu diterjemahkan lagi ke dalam bentuk yang lebih nyata, tidak hanya secara ekonomi tetapi juga kemapanan sosial yang terwujud dalam penataan ruang fisik yang akomodatif terhadap slogan kesejahteraan tersebut. Pendekatan ” Prosperity” dan ”Security” tampaknya tidak dapat begitu saja dipisahkan sebagai suatu konsep yang agak kontradiktif, tetapi justru penerjemahan ke dalam bentuk ”Prosperity for Security” menjadi lebih penting ditanamkan pada masyarakat di kawasan perbatasan.
Sipadan-Ligitan adalah contoh bagaimana sebuah pendekatan saja tidak cukup untuk mempertahankan posisinya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan pengamatan terhadap posisi negara kita, banyak pulau-pulau yang secara geografis memiliki kondisi yang sama, memiliki nilai strategis secara geopolitis bagi Indonesia, salah satunya adalah Pulau Morotai di Kabupaten Halmahera Utara, yang berbatasan dengan Republik Palau dan Samudera Pasifik. Potensi sumber daya alam yang cukup baik, peninggalan sejarah, dan tipologi lingkungan yang khas, dimana tidak hanya memiliki alam pegunungan tetapi juga memiliki areal pesisir pantai (coastal area) dengan berbagai sumber daya alam yang prospektif untuk dikembangkan. Kondisi inilah yang segera harus kita sikapi bersama, potensi yang besar, sementara permasalahan juga tidak sedikit memerlukan suatu solusi perencanaan tata ruang strategis, yang tidak hanya bagi masyarakat setempat tetapi menjadi garis pertahanan terdepan secara militer di Indonesia bagian Timur.
Pulau-pulau kecil perbatasan memiliki karakter khusus yang terbentuk secara alamiah, sebgai pulau yang memiliki nilai sejarah dalam perannya sebagai salah satu front pertahanan tentara sekutu pada waktu perang dunia II tentunya Pulau Morotai memiliki arti penting, setidaknya di kawasan Pasifik, khususnya bagi Indonesia. Sebagai pulau kecil dengan kondisi wilayah yang sangat beragam dalam topografi, geologi, dan jenis tanahnya, maka strategi penataan ruangnya tidak seleluasa di kawasan yang memiliki daratan lebih luas. Kendala-kendala pengembangan wilayah seringkali dihadapi, terutama pengembangan infrastruktur untuk sistem transportasi/pergerakan menuju dan meninggalkan kawasan tersebut. Terbatasnya jalan darat tentunya akan menghambat distribusi barang dan jasa menuju kawasan-kawasan tertentu di Pulau Morotai dan sekitarnya. Jangkauan menuju bagian Utara pulau hanya dapat diakses melalui laut, dengan waktu tempuh cukup lama. Sementara akses melalui udara masih sangat terbatas, terlebih lagi konstelasi antar wilayah di Pulau Morotai sendiri. Oleh karena itu perlu dipikirkan suatu konsep penataan ruang yang akomodatif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Morotai, sekaligus sebagai solusi pertahanan keamanan wilayah, terutama wilayah pesisir dan lautannya.


Makalah disampaikan oleh : Iwan Aminto Ardi, S.T.
Staff Pengajar Program Studi Teknik Planologi STTNAS Yogyakarta
Pada Seminar Nasional : Pemanfaatan dan Penataan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil dalam Koridor NKRI,
Kapal Perang Angkatan Laut RI, 10 September 2007

Read More..

Selasa, 05 Februari 2008

Berita dari Buton News : Studio Wilayah Kota Bau-Bau

Mahasiswa Planologi Jogjakarta Belajar di Baubau

Berkat Predikat Juara II Nasional Bidang Penataan Ruang


Sebanyak 16 mahasiswa Program Studi Teknik Planologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jogjakarta melakukan survey penataan wilayah di Kota Baubau. Kegiatan ini sudah berlangsung sejak tanggal 31 Maret dan berakhir pada 21 April 2007.

Acara pelepasan para mahasiswa Planologi ini kemarin digelar di Aula Rumah Makan Betoambari Baubau yang turut dihadiri Walikota Baubau Drs MZ Amirul Tamim, M.Si, Ketua STTNAS Jogjakarta Ir. H.R Soekrisno, MSME, Ph.D, pembantu ketua II Ir. Ircham, MT serta dosen pembimbing Iwan Aminto Ardi, ST serta para pejabat Instansi lingkup pemerintah Kota Baubau.

“Kami memiliki alasan memilih Kota Baubau sebagai lokasi kegiatan mahasiswa kami setelah memperoleh informasi di Website yang menyatakan bahwa Kota Bau-Bau tampil sebagai Juara II Nasional dalam hal penataan ruang dan wilayah tahun 2006. Ini yang membuat kami tertarik untuk melakukan survey di Kota ini,” kata Dosen Pembimbing Mahasiswa Iwan Aminto Ardi, ST.

Perwakilan 16 mahasiswa STTNAS Jogjakarta Amril Gunawan dalam presentasi hasil survey memaparkan bahwa kondisi Kota Baubau dengan bentang alam yang luas memiliki potensi besar untuk dilakukan pengembangan. “Setelah kami menghimpun data dari instansi terkait dan terjun langsung di lapangan selama sekitar 2 minggu banyak hal positif dan unik kami peroleh. Kota Baubau memiliki kelebihan dibanding dengan daerah lain. Seluruh perencanaan yang dilakukan sangat sesuai dengan karakteristik daerah baik yang berkaitan dengan penataan ruang kota hingga kaitannya dengan pengembangan potensi budaya dan pariwisata,” katanya.

Ketua STTNAS Jogjakarta Ir. H.R Soekrisno, MSME, Ph.D menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemkot Baubau karena telah mengakomodir kegiatan mahasiswa. Ia juga mengharapkan kepada para mahasiswa untuk menindaklanjuti hasil survey yang dilakukan selama berada di Kota Baubau.

Walikota Baubau Drs. MZ Amirul Tamim, M.Si dalam sambutannya mengatakan perencanaan pembangunan Kota Baubau telah dipersiapkan untuk jangka panjang. “Perencanaan memang mahal, tapi jika tidak dilakukan sejak awal maka biaya yang dibutuhkan lebih mahal lagi. Untuk itu Pemkot Baubau sudah melakukan tahap tahap perencanaan hingga ke sistem perencanaan kawasan,” katanya. (Bardin)

sumber : http://butonews.blogspot.com

posted by Buton News @ 7:09 PM 0 comment

Read More..

Kamis, 24 Januari 2008

Read More..

Read More..